عن عُمَرَ بْن الْخَطَّابِ رضي الله عنه قال: سَمِعت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)
Seperti apa sebenarnya tawakkal yang diisyaratkan dalam hadits tersebut di atas ? Tawakkal merupakan gabungan berbagai unsur yang menyatu secara komprehensif. Ia belum bisa disebut tawakkal yang sesungguhnya bila tidak terdapat unsur-unsur tersebut. Orang yang bertawakkal harus ma’rifat kepada Allah dengan segala sifat-sifat-Nya, minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya, dan seterusnya.
Orang yang bertawakkal juga harus memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha. Siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakkalnya tidak benar sama sekali. Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw. “Wahai Rasulullah ! Aku ikat kendaraanku (zaman dulu, kendaraan sejenis dengan onta, keledai dan kuda) lalu aku bertawakkal, atau aku lepaskan saja lalu aku bertawakkal?’ Rasulullah Saw. menjawab, “Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakkallah.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang yang bertawakkal juga harus memiliki ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakkali, yaitu Allah Swt. Karena tawakkal memang harus disertai dengan keyakinan akan ketauhidan Allah dan jauh dari ikatan kesyirikan-kesyirikan. “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,” (QS al-Isra’: 2)
Tawakkal juga harus memili unsur menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah Swt., dan mengupayakan situasi berupa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya. Tawakkal juga harus dibarengi dengan husnudzan (baca; berbaik sangka) terhadap Allah Swt. Karena tidak mungkin seseorang bertawakkal terhadap sesuatu yang dia berburuksangka kepadanya. Tawakkal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang diyakini kebaikan-kebaikannya dan diharapkan perwujudannya dalam dunia nyata.
Tawakkal yang sebenarnya juga harus diikuti oleh upaya memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah Swt. Dan juga menyerahkan segala masalah, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah. “Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS. Ghafir : 44).
Wallahu a’lam
Leave a Reply